KELOMPOK :
KELAS 3KA23
ANDI HENDRAWANTO 10110679
FERRY HERDIAN 12110761
RIKI RIKARDO 19110424
A. BAHASA
Bahasa
dalam kehidupan sehari-hari bukanlah seperti tubuh membutuhkan
sepiring nasi melainkan media vital yang menghubungkan maksud. Oleh
sebab itu, bahasa merupakan cara mengungkapkan diri kepada tujuan.
Tidak lepas dari kehidupan sehari-hari, kita selalu dihadapkan pada
proses intraksi yang melibatkan bahasa. Baik lisan maupun tulisan serta
isyarat. Namun untuk mengungkapkan suatu maksud terkadang kita
diperlihatkan dengan suatu kata asing namun tak menyulitkan untuk
dipahami.
Iklan
menghilangkan identitas lokal dalam dan memparodikan mereka dengan
membandingkannya dengan globalitas identitas ke-Barat-an yang diwarisi
oleh etnis mayoritas. Tidak ada lagi pengakuan terhadap ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an Indonesia, yang tersisa hanyalah sebuah sejarah yang
menyatakan bahwa bangsa ini, dahulu, pernah benar-benar bersatu. Memang
benar negeri ini menganut semboyan tersebut, namun bukan berarti
bangga berinterferensi kemudian memaknainya sebagai wujud Bhinneka
Tunggal Ika.
Dengan perasaan senang dan mengucap syukur kepada Allah azza wa jalla penulis
merasakan kebanggan tersendiri. Dengan terbersitnya nama judul di atas
serta dipilihnya objek kajian interferensi. Penulisan ini diilhami
oleh keprihatinan atas acuh dan tak samanya semangat berbahasa
Indonesia yang baik dikalangan muda-mudi khususnya penggunaan bahasa
dan istilah asing yang kerap kali muncul di media elektronik maupun cetak.
Sekarang
ini banyak sekali iklan-iklan yang beredar di masyarakat, mulai dari
media elektronik, maupun media cetak. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh
iklan cukup beragam, ada yang menggunkan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar, dan ada juga yang salah, serta interferensi pun tak lupa
meramaikan. Iklan yang menggunakan Bahasa Indonesia yang salah ini,
memberikan dampak yang negatif kepada masyarakat
khususnya kaum muda. Kaum muda sangat tertarik dengan bahasa-bahasa
yang digunakan oleh iklan-iklan, padahal bahasa-bahasa tersebut
menyimpang dari Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga dapat
membuat generasi muda tidak dapat menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar, pada saat berinteraksi dengan sesama.
Pengertian Bahasa
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan
suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.
Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana
integrasi dan adaptasi.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
BILL ADAMS
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
WITTGENSTEIN
Bahasa
merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan
realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
FERDINAND DE SAUSSURE
Bahasa
adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap
kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari
kelompok yang lain.
PLATO
Bahasa
pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan
onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan
cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
BLOCH & TRAGER
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
Berdasarkan
pengertian menuut ahli di atas dapat dimengerti bahwa bahasa merupakan
sarana penting yang digunakan untuk menyampaikan maksud dalam ujaran
sehari-hari.
Pengertian Iklan
Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Ketika itu, iklan berisi mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai penyelenggaraan pertandingan Gladiator,
pada masa ini iklan hanyalah berupa surat edaran. Beberapa waktu
kemudian barulah muncul metode periklanan yang ditulis dengan tangan
dan dengan kertas yang lebih besar di Inggris. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di surat kabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864.
Pengertian Budaya
Sebuah
pepatah latin kuno yang mencerminkan tentang kebudayaan adalah :
TEMPUS MUTANTUR, ET NOS MUTAMUR IN ILLID. Yang artinya: Waktu berubah,
dan kita (ikut) berubah juga di dalamnya. Pepatah tersebut menunjukkan
kepada kita bahwa seiring konteks zaman yang berubah, orang-orang
dengan alam pikir dan rasa, karsa, dan cipta, kebutuhan dan tantangan
yang mengalami perubahan, serta budaya pun ikut berubah.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi budaya menurut beberapa ahli :
KROEBER dan KLUCKHOHN
Budaya menurut definisi deskriptif:
cenderung
melihat budaya sebagai totalitas komprehensif yang menyusun
keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan sejumlah ranah (bidang
kajian) yang membentuk budaya.
Budaya menurut difinisi historis :
cenderung melihat budaya sebagai warisan yang dialihturunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Budaya menurut definisi normatif:
bisa
mengambil 2 bentuk. Yang pertama, budaya adalah aturan atau jalan
hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakn yang konkret. Yang
kedua, menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku.
Budaya menurut definisi psikologis:
cenderung
memberi tekanan pada peran budaya sebagai piranti pemecahan masalah
yang membuat orang bisa berkomunikasi, belajar, atau memenuhi kebutuhan
material maupun emosionalnya.
Budaya menurut definisi struktural:
mau
menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antara aspek-aspek yang
terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah
abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret.
Budaya dilihat dari definisi genetis:
definisi
budaya yang melihat asal usul bagaimana budaya itu bisa eksis atau
tetap bertahan. Definisi ini cenderung melihat budaya lahir dari
interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
LEHMAN, HIMSTREET, dan BATTY
Budaya
diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam
masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja
sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku
dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
Budaya sendiri mempunyai beberapa tingkatan yang secara praktis bisa dijelaskan seperti berikut ini:
Tingkat formal:
Dalam
tingkat formal, budaya merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang
dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun menurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
Tingkat informal:
pada
tingkatan informal ini, budaya banyak diteruskan oleh suatu masyarakat
dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar,
dilihat, dipakai, dan dilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa hal
itu dilakukan
Tingkat teknis:
Pada
tingkat teknis ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang
paling penting. Sehingga terdapat penjelasan logis mengapa sesuatu
harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan.
B. IKLAN
Pengertian Iklan
Pada
dasarnya kata IKLAN berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti
menggiring orang pada gagasan. Kata iklan juga diartikan sebagai sebuah
komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan
produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khayalak target melalui
media bersifat misal seperti televisi, radio, Koran, majalah, reklame
atau kendaraan umum.
Pengaruh Bahasa Iklan
Berapa
banyak kosakata Bahasa Indonesia yang telah hilang dari perbendaharaan
kata sehari-hari? Jawabannya, sangat banyak kosakata Bahasa Indonesia
yang hilang, terutama dari ujaran dan penulisan keseharian. Hilangnya
kosakata itu diduga terkait dengan cara orang Indonesia untuk
menggunakan bahasa dan kata itu sendiri.
Pertama,
orang Indonesia sudah lebih merasa nyaman dan modern jika menyelipkan
sisipan kata berbahasa asing, Inggris contohnya. Ini adalah fakta.
Kecenderungan ini tak hanya terjadi di obrolan masyarakat sehari-hari,
tapi juga di dunia akademik. Dugaan saya, kosakata keinggris-inggrisan
atau kebarat-baratan ini lebih banyak diproduksi oleh dunia akademik,
baru selebihnya oleh media massa, baik dalam bentuk tulis maupun tutur.
Dalam
obrolan dan cara menulis sehari-hari, secara latah orang Indonesia
kerap memasukkan kata berbahasa asing secara sangat sembrono.
Perhatikan kalimat berikut: "Dalam kajian cultural studies iklan
dinilai sebagai salah satu perangkat pembentuk kebudayaan." Kalimat
ini sebenarnya sudah menyalahi nalar kebahasaan itu sendiri. Soalnya,
terdapat dua bahasa yang ditulis secara bersamaan dalam satu susunan.
Padahal kedua bahasa tersebut memiliki nalar dan basis logika yang
berbeda (menerangkan-diterangkan;diterangkan menerangkan).
Contoh lainnya adalah: "Pembaharuan masyarakat desa harus dimulai dengan merubah mindset
(cara berpikir) masyarakat itu sendiri." Kalimat barusan sebenarnya
sangat menyudutkan bahasa Indonesia. Kata merubah jelas salah sebab
yang benar adalah mengubah. Lalu, istilah berbahasa Indonesia
diletakkan di dalam tanda kurung dan didahului dengan istilah asing,
padahal kalimat itu bersusunan bahasa Indonesia.
Bahasa
Indonesia sudah memiliki aturan khusus terkait dengan pembentukan
kosakata. Setiap kosakata harus berasal dan bersumber dari Bahasa
Indonesia itu sendiri,jika tidak diketemukan maka harus dilakukan
pencarian dari bahasa daerah, dan jika tidak pula didapatkan maka
diperbolehkan penggunaan bahasa asing. Penggunaan bahasa asing itu pun
harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia.
Penyerapan
bahasa asing dengan sangat sembrono terbukti telah memusnahkan
kosakata dalam Bahasa Indonesia. Setiap hari mungkin selalu ada
kosakata Bahasa Indonesia yang hilang akibat kelatahan-kelatahan yang
dipelihara oleh masyarakat dan sistem yang dikelola oleh media massa
dan lembaga pendidikan.
Iklan Deodorant
Apakah
Anda pernah melihat iklan salah satu merk deodorant terkemuka di dunia
seperti rexona? Jika pernah baguslah, itu berarti Ada televisi di
rumah Anda. Iklan ini senantiasa menampilkan bagian tubuh yang wajib
dan merupakan ikon penting, ialah ketiak. Namun bukan ketiak yang
hendak saya bahas disini melainkan penggunaan kata dalam iklan tersebut
yang tidak baku. Contohnya adalah terdapat kata kenapa enggak. Kedua kata tersebut merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang tidak baku. Seharusnya kata kenapa enggak diganti dengan mengapa tidak.
Kata serupa (enggak) juga akan Anda dengar dari tayangan televisi
dalam acara sinetron-sinetron yang begitu marak di pertelevisian. Tidak
hanya menghancurkan bahasa Indonesia, tetapi juga menghancurkan moral bangsa.
Pasalnya berkomunikasi dengan suatu bahasa berarti orang itu telah
belajar bahasa tersebut, belajar bahasa berarti tidak akan lepas dari
belajar budayanya, jika telah Anda pelajari kebudayaan yang mengikatkan
bahasa akan bangsanya maka Anda pasti mendapati bahwa berbahasa
Indonesia yang baik dengan diksi baku namun tidak jumpai dalam dialog
bahasa TV. Baik iklan maupun sinetron.
Iklan Rokok
Apakah Anda seorang penikmat rokok? Jika iya apakah
Anda juga seoang penikmat bahasa yang baik? Padahal Anda dapat
memperhatikan bahwa iklan salah satu produsen barang hisap ini ada yang
keliru dalam penggunaan kata. Contohnya "Rumput gue lebih asyik dari tetangga". Perhatikan
kalimat tersebut menggunakan kata "gue" yang sudah jelas menyalahi
aturan kata dalam bahasa Indonesia dimana kata itu meupakan bahasa gaul
yang tidak ada dalam kamus besa bahasa Indonesia (KBBI).
Kesalahan
lain dari penggunaan kata pada iklan rokok tersebut adalah susunan
kata yang tidak lengkap dan pilihan kata yang tidak sesuai yang
memunculkan ambiguitas. Seharusnya kata "Rumput gue lebih asyik dari tetangga" diberi tambahan kata "rumput" setelah kata "dari" sehingga menjadi "Rumput gue lebih asyik dari 'rumput' tetangga". Namun dalam iklan rokok itu pengiklan nampaknya sengaja menyalahi aturan itu. Kemudian jika kalimat "Rumput gue lebih asyik dari tetangga" dibiarkan maka timbul ambiguitas, pasalnya dia bilang "...lebih asyik dari tetangga". Nah apanya
yang lebih asyik? Rumputnya? Kalimat tersebut seolah bermakna bahwa
rumputnya lebih cantik atau gemulai atau seksi atau indah dari
tetangganya yang juga tidak jelas apakah tetangganya itu manusia atau
hewan. Tanah kosong atau pohon?
Alasan
untuk mempertahankan kosakata bahasa Indonesia adalah soal identitas
itu sendiri. Kehilangan bahasa berarti sebuah perencanaan untuk
menghilangkan kebudayaan itu sendiri. Bagaimanapun bahasa adalah sistem
kesadaran dan penandaan (selain waktu) yang paling penting bagi
manusia untuk bertahan hidup dan memiliki identitas. Keterlibatan kita
dalam penghilangan bahasa Indonesia berarti keterlibatan untuk
menghilangkan kebudayaan Indoensia itu sendiri.
Sering
kali kita mendengar penggunaan bahasa-bahasa iklan pada media
elektronik tidak sesuai dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Memang iklan itu akan terlihat menarik, tapi sebenarnya jika
kita mengamati lebih dalam lagi dari penggunaan bahasa iklan tersebut,
banyak memiliki pengaruh dalam penggunaan gaya bahasa orang-orang
khususnya anak muda dalam hidup pergaulannya sehari-hari.
Dampak Negatif Bahasa Iklan
Masyarakat
khususnya anak muda sedikit demi sedikit mulai meninggalkan penggunaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena mereka lebih tertarik
dengan bahasa-bahasa iklan yang mereka anggap sebagai bahasa modern.
Padahal bahasa-bahasa tersebut (bahasa iklan) sangat bertolak belakang
dari Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga dapat terjadi
kesalah pahaman terhadap arti atau tujuan dari kata yang disampaikan.
Penggunaan
bahasa iklan juga memberi dampak yang buruk terhadap cara berbicara
anak muda. Mereka banyak yang mulai meninggalkan penggunaan tata Bahasa
Indonesia yang baik dan benar, dan sering menggunakan bahasa yang
biasa digunakan dalam iklan. Hal ini dapat membuat tata Bahasa
Indonesia yang baik dan benar perlahan-lahan akan hilang, karena
generasi-generasi muda tidak suka untuk menggunakannya.
Cara untuk mengurangi Pengaruh Negatif Bahasa Iklan
Upaya untuk mengurangi pengaruh negatif dari bahasa iklan dapat dilakukan dengan dengan beberapa cara, misalnya :
- Memberikan pembelajaran tentang penggunaan bahasa iklan yang baik dan benar.
- Membentuk suatu badan yang menangani tentang iklan yang beredar di media massa.
- Membiasakan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar setiap kali berkomunikasi.
Kesimpulan
Dari hasil penglihatan kami. kami menyimpulkan
bahwa bahasa-bahasa iklan dapat memberikan dampak yang negatif bagi
bahasa-bahasa komunikasi yang biasa digunakan oleh masyarakat, karena
menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi. Oleh karena itu kami
menyarankan agar sejak dini kita membiasakan mengenal dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar agar tidak terpengaruh dengan
bahasa-bahasa yang biasa digunakan oleh iklan.